Seorang penulis baru saja menyewa apartemen baru, karena di rumahnya yang lama dia tidak bisa mendapatkan ketenangan dalam mengerjakan pekerjaannya. Pada malam pertama dia pindah ke apartemen tersebut dia langsung menggunakan waktunya yang berharga untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Belum lama dia duduk di kursinya yang nyaman, seekor nyamuk mulai mengganggunya. Bunyinya berisik dan mengganggu. Kulitnya dibuat gatal-gatal akibat gigitan nyamuk tersebut. Dalam 3 malam pertama, sang penulis berusaha untuk mengabaikan gangguan tersebut, karena dia harus berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Akhirnya, sang penulis tak lagi mampu menahan amarahnya. Dia mencoba menyusun strategi yang cermat untuk membunuh sang nyamuk. Dan ketika malam telah tiba, sang penulis berpura-pura berbaring di sofanya dan memejamkan mata. Datanglah sang nyamuk yang sangat lapar malam itu, untuk menghisap darah sang penulis. Sang penulis pura-pura tertidur pulas ketika nyamuk itu hinggap di tubuh, lengan, dan kakinya. Dan ketika sang nyamuk hinggap di pipinya, dengan kecepatan tangan yang luar biasa yang bahan bakarnya adalah dendam, sang penulis melayangkan tamparan ke pipinya sendiri.
Tepat sasaran. Sang nyamuk mati. Tubuhnya hancur karena tamparan sang penulis. Pipi sang penulis merah akibat tamparan dirinya sendiri dan kini pipinya kotor oleh noda darah sang nyamuk yang mati.
- dendam sekecil apapun, terhadap siapapun, pada akhirnya akan merugikan dan menodai sang pendendam itu sendiri -
No comments:
Post a Comment