24 January 2013

Makan

Kadang-kadang suka (agak) sebel sama diri sendiri kalau urusan makan. Gw tipe orang yang kalau makan pentingin kuantitas (yak terjawab kan darimana asalnya aksesories di sekeliling pinggang?). Maksudnya, kalau makan ya 'harus' isi perut, 'harus' kenyang. Gampangnya, di restoran pun gw cenderung memilih menu yang porsinya besar.

Sebel datang ketika gw makan di restoran yang memang enak (tapi porsi sedang/sedikit) dan ketika dapat hadiah makanan. Kebiasaan lihat porsi makanan jadi sering bikin gw 'melupakan' rasa makanan itu sendiri, atau yang lebih parah, 'melupakan' kenangan makanan itu sendiri (apa ya kata yang tepat dari kenangan?). Sebagai contoh, waktu dikasih Elsa Famous Amos, enak banget rasanya, dikasi pacar, tapi karena memang dalam kemasannya sedikit, ya sambil di depan laptop, sambil nyemil, berusaha gigit pake ujung gigi biar dikit-dikit (dan bikin gigi jadi item), taunya udah abis aja. Atau waktu pas di LPJ dikasih lasagna untuk om-om pelatih dari Cune, itu berusaha banget makan pelan-pelan, tapi tetep berasa cepet banget abisnya.

Di beberapa kesempatan tertentu, terutama untuk makanan yang 'ga biasa', 'bersejarah', atau 'dalam rangka bla bla bla', pengen banget rasanya bisa makan pelan-pelan. Tapi apa daya, kayanya mulut gw udah terbiasa ngunyah cepet. Ah elah.

Mudah-mudahan gw bisa mengunyah lebh pelan supaya bisa lebih menikmati makanan yang sedang dikunyah dimulut dan supaya gw ngga (makin) gendut

amin.

22 January 2013

Do'a Nabi Adam A.S


amin.

:')

Malam ini saya merasa sangat bahagia dan sangat sedih di waktu bersamaan, karena hal yang sama. Malam ini juga saya benar-benar merasakan lagi saat-saat ketika saya masih kecil, ketika saya merasa lemahnya dan hanya bisa menangis, kemudian ada kedua orang tua saya yang mengusap-usap punggung saya dengan halus. Hangat sekali, walaupun hanya lewat saluran telepon. Saya bisa merasakan kasih sayang kedua orang tua saya lewat suara mereka.

Ya saya malam ini mampu untuk 'menyentuh' suara. Mengkonsumsi suara tidak hanya dengan kedua telinga, tapi dengan seluruh tubuh dan hati saya. Dan rasanya luar biasa sekali.

Yang jelas sekarang saya semakin sadar (insyaallah) dengan komitmen seperti apa yang saya mau, passion seperti apa yang saya mau, cita-cita besar seperti apa yang saya mau.

Banyak yang percaya ketika kita sangat menginginkan sesuatu, kita pasti akan mendapatkannya. Saya termasuk salah satunya. Karena saya memiliki contoh hidup yang nyata di dekat saya. Orang tua saya. Mereka mengajarkan hal terpenting (menurut saya) dalam sebuah doa dan usaha : Konsistensi.


amin

TV Oon


Yang ingin ditekankan bukan masalah mendukung Jokowi atau tidak, tapi dari wawancara itu kita bisa belajar bahwa dengan aktif berbicara, mencoba terlihat kritis, selalu menanggapi dengan cepat, selalu melontarkan pertanyaan tidak membuat anda terlihat seperti orang pintar kok! Disini justru terlihat sang reporter bukan pendengar yang baik, dia mendengar tetapi tidak menyimak. Dia reporter, tetapi tidak bisa mengambil intisari dari informasi yang ada. Terkesan seakan-akan hanya bertanya tanpa arah (hmm, sebenarnya sangat 'berarah'), hanya mau menghujani pertanyaan.

Jadi, belajarlah banyak-banyak dari video ini ya, jangan bikin diri anda seperti orang tolol.

20 January 2013

Home

Everybody need history
Benarkah demikian? Sejarah yang seperti apa? Lalu kenapa judulnya 'Home' dan saya memasukkan quote yang berhubungan dengan sejarah? Apa hubungannya?

Beberapa kawan saya ada yang hobi jadi 'kutu-loncat'. Hobi pindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain, dari kegiatan satu ke kegiatan lain, dari satu organisasi ke organisasi lain, dari hobi satu ke hobi lain, dari interest satu ke interest lain. Kira-kira kenapa ya banyak orang yang gemar seperti itu?

Saya begitu tergelitik ketika membaca The Geography of Bliss dari Eric Weiner. Inti dari buku ini adalah, Eric Weiner 'menyelidiki' tentang kebahagiaan, dengan cara mengunjungi beberapa negara di dunia, dan mencari tahu apakah arti kebahagiaan untuk negara tersebut? Apa definisi kebahagiaan menurut penduduk di negara itu? Saya tergelitik ketika Eric sampai di Qatar. Sebelumnya dia telah 'belajar' hidup sederhana dan mengalami/mempelajari kebahagiaan dengan cara yang 'aneh' di Bhutan, sebuah negara terpencil di pegunungan Himalaya. Dan di bab berikutnya ketika dia sampai di Qatar yang penuh dengan modernitas, dia malah merasa sedikit hampa.

Mengutip sedikit kata-kata Eric Weiner di bab Qatar, mengenai orang-orang yang sering 'nomaden', yang dalam fantasinya seperti orang-orang yang sering bepergian dan mampir di bandara-bandara yang bagus dan mewah di seluruh dunia, tapi sepertinya kurang bahagia :
Mereka selalu datang, tetapi tidak pernah tiba
Ya saya setuju, se-nomaden (baik secara eksplisit maupun implisit) apapun seorang manusia mereka tetap membutuhkan perasaan memiliki rumah. Dan untuk saya pribadi, salah satu unsur dari yang kita sebut dengan rumah adalah : sejarah.

Ah mungkinkah itu yang terjadi kepada kawan-kawan saya dan orang-orang yang hobi untuk jadi 'kutu-loncat' dari satu hal ke hal lain? Bukan, bukan seberapa lama dia berada di satu hal itu, tapi seberapa banyak sejarah yang dia cetak disitu, seberapa dalam proses yang dia jalanin di hal itu, dan seberapa banyak dan dalam makna yang dia panen di hal itu. Ya kita semua ingin mempunyai makna yang dalam bukan dalam apapun yang kita jalani? Ketika kita bisa merasakan sebuah makna dari proses, biasanya saat itulah kita sedang mencetak sejarah dalam hidup kita. Dan kenapa sejarah menjadi penting? Buat saya, sejarah saya adalah jati diri saya.

Nomaden, dari satu ke yang lain. Seperti film The Terminal mungkin, tapi tidak menetap di satu bandara. Seorang traveler yang hanya 'hobi' transit dari satu bandara bagus dan modern ke bandara lainnya. Hanya sebatas transit saja. Semakin lama dia melakukan perjalanan tipe 'kutu-loncat' itu, semakin galau mungkin dia. Karena semakin lama, walupun dia pergi ke banyak negara...dia tidak benar-benar menuliskan memori secara dalam di tempat itu. Mungkin semakin banyak tempat transitnya, semakin resah pula ia, karena tak kunjung menemukan rumah, tempat mereka mengukir sejarah dan memori disana.
Ada beberapa kawan yang sepertinya mau pergi kemanapun, pada akhirnya mereka harus kembali ke tempat asal. Kembali ke rumah. Kembali ke tempat tempat tersebut memiliki sejarah yang dalam untuk mereka. Kembali ke tempat dahulu mereka membentuk jati diri mereka.

Ada ruang dan waktu, kita tidak bisa mengembalikan waktu, tapi kita mungkin kembali ke ruang. Kembali ke tempat dimana pertama kali kita berkelahi, ke tempat pertama kali kita menyatakan perasaan ke kawan kita, ke tempat kita merasa sedih...ke tempat dimana kita pernah mempunya sebuah ikatan emosional, tempat bersejarah untuk kita. Kadang, jika kita mengetahui kita tidak dapat 'menggenggam' waktu, ditambah dengan perubahan 'ruang' yang berarti buat kita, kita serasa lebih gamang, lebih emosional mungkin...dulu saya merasa sangat tersakiti di kantin sekolah saya, kini kantin tersebut berganti menjadi lapangan...ah, kesal sekali mungkin rasanya, sudah tidak bisa mengembalikan waktu, ditambah kita tidak dapat sepenuhnya kembali ke ruang yang sama...

Sejarah layaknya pondasi. Semakin berkualitas dan lama waktu kita di hal/tempat tersebut, rasanya seperti punya pondasi 5 lantai ke bawah...home is where we feel we stand on a firm ground. Dan bandara tempat transit itu mungkin seperti berdiri di antara bangunan mewah, tetapi terbuat dari plastik dan kardus yang ringkih.
At some point I think we should really really search for our real home, where we can value our life, where we can make history, where we shape our true self. I'm afraid if we're just doing some random 'travel-transit' stuff all the time, we lost our energy, we got exhausted, we got overwhelmed by many many random things we thought our real home. And the worst of all, we end up living in a such a 'random' place. We thought that place is our real home...but maybe we're wrong...

14 January 2013

Catatan dari Thailand #2 - Bonus

Inget banget dulu pas sebelum march-in drumbattle final IOMBC 2011, mas Sopuan bilang sesuatu yang masi gw inget banget sampe sekarang :
Bud, kalo hatinya bersih pas masuk, Insyaallah hasilnya bisa baik
Alhamdulillah gw selalu diajarin lingkungan gw untuk ikhlas, berniat baik dan selalu maksimal. Setelah TIMBC yang super menyenangkan karena dapet banyak banget feedback positif selama disana, dapet lagi bonus yang emang bener2 gak disangka-sangka banget! Kurang lebih ada 2 agenda, agenda yg kedua itu mendukung agenda yang pertama, yaitu :

  1. Keinginan dan ketertarikan DCI untuk bekerjasama/partnership/berafiliasi/support dengan Indonesia.
  2. Ajakan dari John DeNovi (beliau juri field visual yg merangkap Director of business & marketing DCI) untuk membuat video rekaman drumbattle Madah Bahana, yang akan 'melawan' (video) drumline DCI USA o_O.
Ga pernah kebayang MBUI bisa jadi seperti ini. Mudah2an MBUI bisa jadi agent of change perubahan kualitas marching band di Indonesia. Amin.

Update berikutnya akan dikabarin lagi hehehe :D

11 January 2013

Ide mana ide?!

Jadi...seperti yang udah gw tulis di tulisan gw sebelumnya, selain lagi doyan-doyannya baca, gw nyoba-nyoba lagi untuk bikin musik. Untuk kegiatan iseng-iseng ini, gw sempet ngajak taufiq sama dedi kalo-kalo mereka punya ide.

Kalo dulu gw berpikir, kalo lagi mentok di proses kreatif gini, mungkin gw kehabisan ide. Tapi sekarang -entah kenapa- pandangan gw agak sedikit berubah. Lebih tepatnya gw mulai semakin menyadari suatu hal. Sepertinya gw bukan ga punya ide. Gw kurang kemampuan. Yeah, menyedihkan, tapi seperti itulah kayanya yang terjadi.

Gw makin sadar banget...bahwa...gw masih buta sama melodi. Lebih tepatnya gw masih buta bagaimana caranya menumpahkan ide yg ada di kepala ke dalam komposisi musik yang 'jadi'. Sometimes I end up ruin my works by make it more complex :( Jadi rumit karena tidak disengaja sih tepatnya. Bahkan jujur, dalam hal music composing gini gw bingung, harus mulai darimana? Melodi? Kord? Harmoni? atau apa? Ketika mau mulai dari melodi...oke sekali dua kali dapet ide melodi, tapi habis itu apa? gw belum ngerti cara ngembanginnya ternyata.

Ibarat gw mau bikin vas bunga dari tanah liat...gumpalan tanah liatnya udah ada...gw tau diputer, tapi baru deh mulai muncul pertanyaan-pertanyaan 'bonus', gimana supaya dia simetris? gimana supaya dia bisa naik ke atas dari bentuk gumpalan? gimana caranya cupaya tengahnya bolong? ya...gw mentok di hal-hal teknis :(

Ujung-ujungnya...gw browsing lagi, baca lagi teori-teori dasar musik...baca dari awal banget...

You always need persistence...

yep...malem ini akhirnya gw end up 'save as' aja musik yg lagi gw bikin. yep...gw sempet agak frustasi sedikit...lebih kepada karena gw merasa payah. Lebih karena ketika gw lagi semangat lari, tiba-tiba aja di kejauhan gw ngeliat tembok tinggi dan besar...yang gak mungkin dilompatin. "Oke temboknya masih jauh, gapapa", dan gw ngelanjutin lari ke arah tembok itu. Gw paksa lari terus. Dan akhirnya gw sampe di tembok itu. Dan...gw bingung harus apa...

Sepertinya gw harus rela lari balik lagi, ambil palu godam yg gede, lari balik ke tembok itu, dan bikin jalan di tembok itu. Lari menyusuri tembok? seberapa panjang temboknya gw gatau...atau bahkan sebenernya gw ada di dalam ruangan yang dibatasi tembok mungkin?

Yep...I always need persistence...

Yep, you must always press on even when you feel like quitting...

Dan randomly, gw inget nama band gw dulu...'Gebrak Batas'. Sabar Bud, pelan2, jangan diburu-buru sama imaji musik jadi di depan mata...

09 January 2013

January 2013...

Apa ya yang luar biasa di bulan ini?

bulan ini, gw suka banget cuacanya di Pondok Kelapa maupun di Depok...suka banget pagi hari hujan, sampe siang, siang hujan berhenti, masih menyisakan udara yang sejuk dikombinasi sedikit hangat dari matahari yang perlahan muncul selepas hujan...

Beberapa hari terakhir gw pulang ke rumah...salah satu obat yang mujarab banget untuk sedikit melupakan stressnya gw dan tekanan yang makin lama makin besar...Seneng banget ngeliat bapak selama beberapa hari terakhir deket dan main2 sama cucu2nya (keponakan gw), si Aulia dan Kalista. Seneng ngeliat Mas Andri sejak tahun kemarin, sejak...perceraiannya...jadi semakin deket sama bapak dan ibu. Seneng ngobrol2 beberapa kali sama mbak Rina, yang kalo di inget2...udah lamaaa banget rasanya gw gak ngobrol yang bener2 ngobrol sama kakak2 gw...seneng kalo di rumah disediain makanan sama ibu. Kadang sengaja jadi manja lagi, hehe, minta diambilin/dibuatin makanan...seneng ngeliat bapak ibu di umurnya yg udah segitu masih aktif sama kegiatan2nya...bapak yang mondar-mandir, masih ngerjain urusan jual beli rumah/tanah, urusan ngebangun rumah...ibu yang walopun doyan nonton sinetron dan main solitaire di laptop lama, masih suka belanja dan masak dan ngaji dan olahraga :)

Satu hal yg gw rasain di awal tahun ini...adalah gw sendiri secara gak sadar udah bisa jadi lebih dewasa dalam melihat kekurangan di kedua orang tua gw...terutama, 'kekurangan' dalam hal uang...ya mreka udah pensiun...gw gak kekurangan, gw masih bisa makan, orang tua gw masih kecukupan...tapi satu hal yang cukup berasa adalah semakin kesini semakin sederhana hidup keluarga gw. Tapi entah kenapa, gw merasa lebih bahagia, misalnya cuma dengan nonton tivi gajelas di rumah sambil makan bareng ibu...

Ya...dulu gw anak yang royal...rewel...manja...doyan minta ini itu yang mungkin gak terlalu penting. Somehow, gw kagum sama diri gw sendiri karena udah lumayan bisa menahan diri gak minta sesuatu yang aneh2...kalo di ajak jalan2 ke carrefour aja sama bapak ibu udah seneng...gak minta macem2, makan siang bareng, makan hokben...ga perlu restoran mahal :)

yep, old habits die hard...salah satu alesan gw masih di MB, alesan untuk diri gw sendiri...gw mau matiin tuh kebiasaan manja itu. Belajar menuhin sendiri kebutuhan gw, tanpa nyusahin orang lain...

ngomong2 MB...satu hal yang bikin gw seneeeeng banget adalah, ini kayanya proyek pertama yang gw lihat anak2 gw bener2 puas, dan walopun kejuaraan udah usai, gw masih ngeliat semangat yang amat sangat tinggi di anak2 gw, seneng banget rasanya...walopun ada beberapa orang yang udah bilang gabisa main lagi...tapi mereka bilang "gw pengen bantu, tapi apa ya?"...u know what? kalian bilang gitu aja gw udah seneng banget :)

kehidupan sama culan (eaaa)...di bulan ini entah kenapa gw ngerasa sangat 'kehilangan' dia. In a good way. dalam arti, di bulan ini, gw makin sadar...gw butuh dia :) ya, sejak jadian, beberapa kali dia balik ke Bali, kalo dulu2 ya jelas kangen...kalo yg sekarang...kangen dan...gamau ditinggal...walopun gw tau akan ketemu lagi dalam waktu beberapa minggu ke depan...itu kenapa, waktu nganter dia di bandara, setelah dia check in, tiba-tiba aja gw pengen sholat...ya...skrg gw baru ngerti kenapa, karena gw bersyukur gw masih bisa merasakan 'kehilangan' itu :) I'm gonna miss this soon-to-be-mature girl...

Yes...I do really love her :)

Di januari ini...gw juga ngerasa passion gw terhadap buku kembali nyala...beberapa hari terakhir asyik banget membenamkan diri di buku2 yg baru gw beli ataupun buku lama...saking ngerasa nemuin harta karun lama yg terpendam, kadang gw baca buku sampe suka ketawa sendiri (kalo ada sedikit joke lucu)...intinya, gw lebih ekspresif ketika baca buku :DDD

Dapet beberapa 'bonus' dari TIMBC...maaf belum bisa dibocorin sekarang hehehe

Januari...gw belajar membiasakan diri menghitung pengeluaran gw...ternyata pengeluaran gw paling banyak adalaaaaah...jajan! terutama jajan minuman berwarna -___-

Dan gak lama sebelum nulis ini...salah satu passion gw nyala lagi sepertinya...I really really want to express myself through music! gw pengen bikin lagu lagi! gw pengen bikin EP lagi! nemuin sedikit ide, thanks to Scott Tanaka, follower gw di Soundcloud yang gw juga sebenernya gak kenal yang ada di Amrik sana...begitu denger lagunya...semacem jerami kering disiram bensin terus dilemparin korek api...seketika itu ide untuk bikin lagu serasa tumpah ruah. Ngajakin beberapa anak MB untuk iseng2 mulai proyek ini...asik kali ya kalo bikin EP, musik ilustrasi, dikasi narasi...at least kalo gak ngerti cara masukin narasi ke track, gw kepikiran untuk menyelipkan sajak atau tulisan pendek ke dalam lagu itu...hmmm...pengen ngangkat tema yang deket sama keseharian...terutama inner journey mungkin :)

Anyway...gw merasa cukup positif di bulan januari ini :) mungkin karena didukung cuaca dan suasana favorit gw juga kali ya? gerimis sepanjang hari...udara sejuk, suasana sendu, dan gw sengaja ngeset lampu di kamar kosan jadi sedikit temaram...buat tidur enak, buat baca enak, buat blajar enak, buat mikir enak, buat makan enak, buat duduk lama di depan laptop juga enak...

Januari 2013, semoga gw lebih siap ngejalanin tahun ini...amin :)

05 January 2013

Dibawah lampu sorot...

Semua penonton terdiam. Sunyi. Sepi. Bahkan jika kamu duduk di bangku penonton kamu bisa mendengar bunyi hembusan nafas orang di sekitarmu dan sedikit bisik-bisik di antara mereka.

Layar terbuka. Disambut lampu follow ke sebuah titik di atas panggung.

Kamu siap-siap naik ke atas panggung. Kamu menarik nafas dalam-dalam. Kamu memejamkan mata sekejap. Kemudian berkata dalam hati sambil diikuti anggukan kecil kepalamu, "ini saatnya!".

Kamu naik ke atas panggung, dan lampu follow yang panas itu pun langsung mengikuti kemanapun kamu bergerak. kamu bisa merasakan aliran panasnya dari atas kepalamu sampai sekujur badan. Bahkan kesunyian di sekitarmu membuatmu bisa mendengar suara letupan-letupan kecil dari lampu follow yang mengikutimu disertai sedikit bunyi mendengung.

Apa yang akan kamu lakukan? Akan seperti apa akhirnya?

Ketika kamu dapat kesempatan seperti ini, buat saya kesempatannya cuma 2 : di tengah sorotan itu kamu akan tampil sangat gemilang. Atau jika ketakutan dan keraguan menguasaimu, kamu akan tampil mengecewakan.

Apapun yang terjadi, yang terpenting adalah lakukan dengan baik apa yang kamu tahu harus kamu lakukan. Apapun nanti hasilnya kita tak akan pernah tahu. Belum tentu kesempatan seperti itu bisa datang di lain waktu...kalaupun datang, apakah kamu yang akan mendapat kesempatan itu?

04 January 2013

Catatan dari Thailand #1 - Mandiri

Telat ngga bikin ini sekarang? ngga lah ya? Jadi sebenernya ini udah direncanain dari abis pulang dari Thai, tapi sempet sakit dan gak mood, abis itu udah mau GPMB, jadi yaaa, sekalian aja nunggu selesai momen GPMB selesai...beberapa alasan untuk perbandingan antara GPMB 2012 dan TIMBC. Akhirnya nunggu sampe sekarang, isi otak udah keburu sumpek karena dari kepikiran banyak hal mau ditulis, sampe akhirnya bingung...jadi gw memutuskan untuk bikin catatan ini secara bertahap aja, dan tema-nya tanpa urutan tertentu a.k.a random hehehe...

Gw tergelitik banget ngangkat tema ini setelah ikutan evaluasi brass kemarin. Dipicu sama kalimat2nya xxxx (sebut saja mawar hahaha) "gila ya anak2 ini, bahkan untuk berpikir pun kurang mandiri!".

Mandiri...ah ya...tema yg menarik untuk dicatat, dibahas, dan di 'benang-merah' kan dengan MBUI...

Yap, salah satu masalah yg gw lihat adalah kemandirian di masing2 player. Sebenernya setelah ngebahas ini, gw sendiri yg sempet ngasi komentar tentang hal ini di eval brass, jadi mikir(in) sebenernya di battery sendiri, gw udah berhasil belum sih numbuhin kemandirian itu? gw takut malah gw sendiri sebenernya belum berhasil dalam hal ini...

Tergelitik sama tulisan Rhenald Kasali di Kompas tentang rencana kurikulum pendidikan 2013 (buka dari HP jadi ga ngerti cara nge-link artikelnya kesini -___-), dia mempertanyakan 'produk' dari pendidikan Indonesia yg kebanyakan cuma menghasilkan 'penumpang' bukan 'pengemudi'. Just wondering, kalo diibaratkan proyek 2 tahun kemarin sebagai perjalanan misalnya, kira2 mayoritas penumpangnya seperti apa ya? Biasanya kan kalo di angkot kan penumpangnya macem2 tuh ya, ada yg ketiduran, ada yg asik sendiri asalkan sampe ke tempat tujuan, ada yg sibuk merhatiin perjalanan dan apa2 aja yg dilalui, ada yg mainan HP ngabisin waktu karena mungkin perjalanannya berasa membosankan, ada yg selalu tau beres aja sampe tiap hari lewat jalur yg sama tapi kalo disuruh bawa kendaraan sendiri lupa jalannya, dll...

Berawal dari pertanyaan dan bahasan mengenai MBIC, sebenernya buat apa MBIC? Ya, kita tau, buat nyari dana yg mungkin hasil akhirnya blm tercapai. Tapi buat gw, dibalik itu ada agenda yg lebih besar lagi buat kita. Melatih kemandirian mungkin. Di semua lini/unsur MBUI. Pengurus mandiri untuk melakukan sesuatu yg dibutuhkan untuk mencapai target berikutnya, mencari dana salah satunya. Pelatih dan PM mandiri untuk belajar menyusun sendiri materi yg saat itu sangat asing untuk bersinergi dengan tujuan pengurus. Pemain mandiri untuk meningkatkan kemampuan mereka bermain dan melatih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada mereka. Semuanya bersinergi untuk kesuksesan MBIC yang merupakan bentuk terbesar kemandirian yang kita lakukan bersama.

Kemandirian, di pasukan bukan cuma meningkatkan skill, tapi tanggung jawab...kalo lo tumbuh sebagai pemain yg mature dan matang, skill lo akan tumbuh dengan sendirinya. Pasukan itu fase awal untuk kita ngebangun MBUI. Semua pengurus dan pelatih dan PM awalnya adalah pasukan (mungkin kecuali Kanjeng Mamih, hahaha, tapi dia 'pasukan' di Litar dulu), dan biasanya ketika naik ke fase berikutnya (pengurus, pelatih, tim teknis, punya jabatan) kerjanya bagus, kemungkinan besar ketika menjadi pasuka dia adalah pasukan yang cemerlang. Silakan di Trackback ke belakang.

Tergelitik dengan beberapa pernyataan dan pertanyaan di evaluasi brass, yang intinya beberapa pemain bingung ketika MBIC harus melakukan apa? harus melatih apa? kalo ga ada yg ngedrill kebingungan sendiri dan jadi males, jadi latihan seadanya...buat gw, akhirnya terjawab salah satu pertanyaan, apa yang menjadi penyebab kurang meratanya skill di pasukan? kurangnya meratanya kemandirian.

Kurang mandiri -> kurang aktif -> kurang bertanggung jawab -> skill seadanya.

Mandiri yg sebutkan disini bukan mandiri yang 'mandi-sendiri', tapi termasuk (seperti kata si Mawar, haha) mandiri berpikir. yang berakibat, untuk berpikir saja kadang lo harus nunggu perintah.

Gw sebenernya kurang percaya dengan argumen "di MB kita terbiasa kerja dengan sistem komando, harus nunggu instruksi" oya? bukannya apa2, tapi gw sendiri dari dulu jadi pasukan, selalu berusaha untuk selalu mengikuti aturan main, tapi juga selalu berusaha untuk getting things done di section gw. Argumen itu buat gw termasuk bentuk ketidak mandirian berpikir. Berpikir kalo selalu banyak jalan menuju Roma #klasik, tapi bener. Memang ada kecenderungan itu adalah andil dari sistem yang dibangun juga (dengan kata lain ada tanggung jawab gw juga sebagai pelatih), yang menyebabkan kebanyakan pasukan 'malas-berpikir'.

Gw jujur jadi agak khawatir, pertama seperti yg tadi gw bilang, gimana dengan section yg gw pegang? apakah sama?

Ketakutan yang lebih besar adalah, gw takut di MBUI semakin banyak orang yang mentalnya seperti majikan. yap, mental majikan. majikan manja tepatnya...

"mbak, baju yang ini dimana? ambilin dong!"
"mbak, tolong beresin kamar dong!"
dan lainnya...

Daripada teriak2 nanyain baju yg mau lo pake, yg notabene itu kebutuhan lo sendiri, yg kalo bajunya gak siap lo sendiri yg malu, kenapa gak lo berusaha nyari sendiri? berusaha siapin sendiri? kebutuhan lo siap, si mbaknya juga bisa ngerjain kerjaan lain yg lebih penting, ngepel dan masak misalnya. Kebutuhan lo terpenuhi, rumah bersih, makanan siap...bahkan lebih oke kalo kita bantuin beres2 juga bukan?

"buat apa gw kerjain itu? toh pembantu gw kan emang dibayar untuk ngelakuin itu semua!"
bullshit, silakan lakukan itu dan tumbuh jadi orang yang punya tangan, kaki, otak...tapi kelakuan seperti orang 'cacat'. See the bigger picture please...

yep, jujur, gw benci itu, karena gw juga (dulu) seperti itu. mudah2an sekarang udah berkurang.

mental majikan. tau beres. rumah kotor, tinggal teriak minta bersihin. kadang gamau ikut ngebersihin, mungkin takut tangannya jadi kotor, mungkin emang orangnya yg ga sensitif. jadi males mikir, males kerja. lama kelamaan, otak jadi tumpul gabisa mikir, dan badan pun jadi kurang terampil. dan yang lebih mengerikan (sangat mungkin terjadi) hati dan perasaan lo jadi tumpul, karena pola pikir yang kaku dan gak mandiri. lo jadi kesulitan untuk mencoba berempati ke pembantu lo. yg mungkin jadi bikin lo kesulitan berempati ke orang lain juga. jd 'gak-berperasaan'.

Di balik itu semua, di balik ketidakmandirian beberapa unsur di MBUI, secara general, gw cukup bangga dengan pencapaian MBUI secara team...alhamdulillah, sampai ke akhir, kita bisa menyelesaikan MBIC, dan kita bisa tetap berangkat ke Thailand. dengan segala jatuh bangunnya, dengan segala ngototnya...walopun kita band mahasiswa, selalu kekurangan segala macem, kita masih punya orang2 mandiri yang ngotot, sampe akhirnya dengan susah payah kita bisa berangkat dan bisa dapet apresiasi yang sangat tinggi disana. alhamdulillah, gw bangga sama MBUI :)

Oiya, berhubungan sama mandiri ini...gw mau ngasi kredit ke salah satu orang yang menolong gw banget, selama proyek ini. Lebih tepatnya menolong battery banget. Staff gw, Wahyu. Dimana gw ngerasa ketampar-tampar banget ketika denger cerita dia jaman dulu pas cadets. cerita itu bener2 menggambarkan kemandirian dia, kedewasaan berpikir dia sebagai pemain, dan akhirnya bisa terlihat di kualitas dia sebagai pemain. Dan akhirnya secara kualitas permainan sekarang dia jauh lebih unggul dari gw. Ceritanya sederhana, dia cuma bilang gini :

"Dulu pas gw cadets pertama main snare gw pengen latihan sendiri di kosan, tapi gak punya stick. Mau beli stick mahal banget. Akhirnya gw nyari kayu sendiri, dan gw pahat/ukir sampe ngebentuk stick. Akhirnya gw punya stick, dan gw bisa latihan sendri. Terus si Kardjo ngeliat gitu, kasian sama gw, akhirnya gw dibeliin stick beneran deh"

Anyway, berhubungan sama kemandirian ini, sebenernya secara sistem yang disusun, gw udah ngeliat bahwa sistem ini sebenernya sangat bisa membentuk kemandirian setiap unsur di MBUI. Semua unsur! mungkin dalam pelaksanaannya, beberapa masih belum bisa stabil dalam menjalankan, dan kurang konsisten. Tapi gw percaya, kita sudah berada di jalur yang benar, hanya mungkin kita masih dalam perjalanan, belum sampai ke tujuan :)