03 September 2012

For those who about to give up, please don't

#2 The Decemberists - The Sporting Life




I fell on the playing field
The work of an errant heel
The din of the crowd and the loud commotion
Went deafening silence and stopped emotion
The season was almost done
We managed it 12 to 1
So far I had known no humiliation
In front of my friends and close relations

There's my father looking on
And there's my girlfriend arm in arm
With the captain of the other team
And all of this is clear to me
They condescend and fix on me a frown
How they love the sporting life

And father had had such hopes
For a son who would take the ropes
And fulfill all his old athletic aspirations
But apparently now there's some complications
But while I am lying here
Trying to fight the tears
I'll prove to the crowd that I come out stronger
Though I think I might lie here a little longer

There's my coach he's looking down
The disappointment in his knitted brow
I should've known
He thinks again
I never should have put him in
He turns and loads the lemonade away
And breathes in deep
The sporting life
How he loves

________________________________________



Untuk Ayah dan Ibu tersayang,

Ayah, Ibu, sudah berapa tahun berlalu sejak kalian mengharapkan aku menjadi seorang Insinyur yang handal? Berapa tahun berlalu sejak pertama kalinya mengantarku ke kampus tercinta ini? Yang konon katanya adalah Kampus Perjuangan. Berapa ya? Aku tak ingat...ah baiklah aku berbohong, jelas saja aku ingat, tapi yang jelas aku tidak berani menyebutkan angkanya...aku malu menyebutkan angkanya wahai orang tuaku tercinta...

Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu, malam-malam pertama, untuk pertama kalinya aku tinggal berjauhan dari kalian, walaupun hanya berselisih beberapa kilometer saja. Aku ingat bagaimana rasanya aku sendirian di kamar kostku yang dulu, memandang tumpukan buku-buku yang kalian berikan untukku. Aku ingat betapa sungguh perhatian dan sayangnya kalian kepadaku...terlihat jelas bagaimana kalian menuliskan namaku dengan rapihnya di sampul buku itu, memberi sampul dengan rapi setiap buku-buku berbau ilmu Taknik yang kalian berikan...Jika aku andaikan buku-buku itu hidup, pastilah kini mereka sangat kecewa, dan marah kepadaku. Marah dan kecewa karena mereka diberikan kepada seorang anak pemalas yang mungkin tak tahu terima kasih...aku malu...aku malu kepada buku-buku itu...buku-buku itu seharusnya dimiliki oleh orang yang lebih pantas, orang yang lebih rajin, orang yang lebih gigih dibandingkan aku...

Ayah, Ibu, maafkan aku karena menjadi anak yang selalu saja terlambat untuk menjadi dewasa...anak yang sering terlambat menyadari segala hal yang terjadi...

Ayah, Ibu, mungkin kata orang bijak "jangan pernah menyesali apa yang telah terjadi"...tapi sungguh, jika diizinkan, aku...menyesal...

Bolehkah aku berkata "aku menyesal"? Aku tahu aku bohong jika aku berkata tidak menyesal dan berpura-pura tangguh ketika mengingat-ingat kebodohan-kebodohan yang telah aku lakukan dulu...

And father had had such hopes

For a son who would take the ropes

And fulfill all his old athletic aspirations

But apparently now there's some complications

Ayah, Ibu...aku ingat dulu kalian pernah menyampaikan berbagai harapan kalian kepadaku, berbalutkan berbagai macam emosi...pernah Ibu berkata ingin aku menjadi Dokter...pernah Ayah berkata ingin aku menjadi Mentri...dan berbagai macam harapan lainnya. Kini siapa aku? Aku sampai saat ini masihlah seorang  anak kecil yang sering terlambat berpikir dan bertindak dewasa...beberapa kali mungkin aku berusaha mencoba menjadi 'pahlawan' untuk lingkunganku, tentunya dengan caraku sendiri...yang aku tahu cara yang sangat gegabah, terlalu sok 'heroik'...

The din of the crowd and the loud commotion  
Went deafening silence and stopped emotion

Ayah, Ibu, mungkin aku tidak pernah memperlihatkan diriku menyesali semua kebodohanku...nampaknya, aku terlalu pandai bersandiwara...tapi sesungguhnya aku pun merasa sangat sedih, sedih atas perbuatan yang aku lakukan terhadap diriku sendiri. Kini ketika di sekitarku banyak pelajar baru, masuk ke kampus tercinta ini, semuanya terasa seakan membeku...semua pemandangan nampak berjalan lambat, semua terasa sunyi...dan jika aku melihat seorang pelajar baru datang bersama kedua orang tuanya...yang kulihat adalah diriku beberapa tahun yang lalu ketika masih menyandang predikat 'baru' datang ke kampus tercinta ini bersama kalian...dan itu semua terasa menyiksa...amat sangat menyiksa hingga kadang aku berpikir untuk melarikan diri ke suatu daerah dimana orang-orang tidak mengenalku...meninggalkan semua kenangan itu disini...namun aku tahu, jika itu kulakukan, seumur hidup aku akan menyesal karena telah meninggalkan kalian serta orang-orang yang menyayangiku, dan perasaan itu pasti akan terus menghantui sampai aku masuk ke liang lahat nanti...

Ayah, Ibu, aku ini mungkin dulu seorang anak yang 'sial'...sial karena diriku sendiri. Yang sering melupakan kata-kata bijak "Ridho Orang Tua adalah Ridho Allah". Namun mudah-mudahan dengan bertambahnya usiaku kini, aku bisa semakin mengerti kata-kata tersebut...mengerti dan menjalankannya...


There's my coach he's looking down 
The disappointment in his knitted brow 
I should've known , He thinks again
I never should have put him in 
He turns and loads the lemonade away. And breathes in deep


Ayah, Ibu, masih aku ingat jelas bagaimana raut wajah kalian ketika aku memberanikan diri untuk berkata kepada kalian "Bukan ini yang aku mau!". Mungkin itu pertama kalinya dalam hidupku, aku...aku...aku melawan kalian...aku memberanikan diri melawan kalian...bukan melawan, aku memberanikan diri menyatakan pendapatku dengan tegas kepada kalian...aku tau saat itu hati kalian hancur mendengarku...percayalah bahwa anakmu ini juga merasakan hal yang sama...jika ku ingat lagi, aku sungguh-sungguh sangat tidak ingin melihat kalian menangis seperti itu lagi...terlalu pedih untukku juga...aku sebenarnya sayang kalian...

Ayah, Ibu, kini satu hal aku sadari, aku haruslah menjadi orang yang kuat, yang bisa berdiri sendiri, yang...yang...berani bertanggung jawab...maafkan aku yang terlambat, terlambat menyadari hal itu...terlambat menyadari tanggung jawab itu...terlambat menjadi seorang pemberani yang bertanggung jawab...

Ayah, Ibu, sudah sangat banyak malam kuhabiskan sendiri memutar salah satu lagu kesayanganku ini...lagu yang mungkin memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap diriku...setiap lagu ini mengalun, hanya wajah kalian yang kuingat...hanya janji-janji kosong yang dulu kulontarkan kepada kalian yang kuingat...setiap tahun yang terlewati, selain wajah dan kehangatan kalian yang kusayang, lagu ini juga yang...yang...membuatku untuk tetap berjalan...kini aku tahu, aku tidak boleh berlari dari tanggung jawabku sebagai seorang anak...aku malu? jelas aku malu...malu melihat teman-teman sejawatku dulu kini sudah bisa menjadi kepala keluarga...aku malu...aku menyesal...aku...aku...ah entahlah...

Ayah, Ibu, kini aku tahu, aku harus kuat menjalani semua akibat dari kebodohan-kebodohanku...bukan hanya kuat dan masa bodo, aku harus kuat, menerima semua konsekuensinya, seberat apapun...dan yang terpenting, aku harus bisa membayar semuanya...aku tidak boleh membuang kenangan akan kebodohan-kebodohan itu...

I must live with all of my mistakes that I've done...don't run away...stay strong, get over it and live with it
Ayah, Ibu, kini, satu harapanku...ingatkah kalian akan doaku yang selalu aku titipkan ke kalian ketika kalian hendak beribadah ke Tanah Suci? Doaku sederhana :

"Ya Allah, berikanlah kedua orang tuaku kesehatan sehingga mereka bisa mendampingiku ketika nanti aku lulus dari pendidikanku"

Ayah, Ibu, bahkan sampai saat ini, saat menulis surat ini, air mata masih membanjiri pipiku jika mengingat doaku itu. Karena aku tahu, umur kalian sudah semakin tua, dan aku sadar kemungkinan itu semakin menipis...Ayah sudah menginjak kepala tujuh, dan Ibu sudah menginjak kepala enam...

Ayah, Ibu, biarlah aku menjadi orang yang berguna bagi lingkunganku seperti yang kalian inginkan, namun dengan caraku...ya aku kini mengerti, bukan cara yang gegabah seperti dulu...tahukah kalian jika kini aku mempunyai tanggung jawab untuk membimbing sahabat-sahabatku yang masih muda, aku selalu mengajarkan apa yang selalu kalian ajarkan? Ya aku juga ingin sahabat-sahabat, adik-adikku yang masih muda bisa mendapatkan nasihat yang baik dari kalian...agar Allah tahu bahwa kalian adalah orang-orang yang Insya Allah selalu berguna untuk lingkungannya...aku ingin agar amalan kalian juga bisa mengalir terus lewat aku...

Ayah, Ibu, terima kasih sudah bersabar membimbing aku yang gemar menjatuhkan dan menjebloskan diri sendiri ke lubang yang sama...terima kasih atas kasih sayang yang tak berujung dari kalian.


Dari anakmu yang selalu menyayangi mu


Budi 

________________________________________


But while I am lying here
Trying to fight the tears
I'll prove to the crowd that I come out stronger
Though I think I might lie here a little longer

2 comments:

  1. budi anak kesayangan bapak ibu ({})

    ReplyDelete
  2. yah si budi.. pagi2 bikin berkaca2 aje..
    *harusnya ditwit tadi (kemaren) pagi, tapi ga ada sinyal hahaha*

    yok kita skripsian yok bud..
    2 bulan kelar lah kan lu mah pinter :D

    ReplyDelete