18 August 2017

Kitchen's Nightmare

Beberapa hari terakhir gw punya kebiasaan baru, nonton Kitchen's nightmare...awalnya karena suka liatin makanan2nya, tapi lama2 setelah liatin full episodenya, gw jadi lebih tertarik perhatiin gimana cara gordon ramsay menganalisis masalah, personality dia, efektivitas dia dalam bekerja, dan gimana dia bisa nembus secara efektif invisible wall di tiap restoran yg dia tanganin dan shoot stright to the problem.

berhubung gw udah tua veteran di dunia per-MB-an, pasti gw akan relate to kehidupan dunia per-MB-an. walopun pada akhirnya relevan ke dunia managerial secara keseluruhan.

at some point, gw coba posisikan diri gw kalo jadi ramsay, dalam arti punya 1 keahlian spesifik di 1 bidang, tapi juga dituntut untuk punya kemampuan di bidang lain.

IMO, that's what will happen in real world situation...lo dituntut gak cuma punya 1 atau 2 keahlian aja...tapi beberapa keahlian sekaligus. well, bisa kita bagi (gampangnya) jadi keahlian primer dan keahlian sekunder.

keahlian primer dimana lo menggantukan hidup lo dari situ. where you make living from, your real self-actualization medium, not only your jobs but your career.

keahlian sekunder dimana sifatnya lebih memperlancar jalan lo untuk mencapai goals lo. kaya oli di dalam sebuah mesin. mungkin sifatnya gak perlu terlalu spesifik, gak perlu terlalu master...it is more like a swiss army knife, gak spesifik untuk membedah masalah secara dalam, but it will make you get by safely.

mungkin (pasti sih sepertinya), lo akan punya keahlian tersier, yang sifatnya lebih di permukaan lagi dibandingkan keahlian sekunder lo.

dan secara personality, gw suka sama orang kaya gordon ramsay. dia punya keahlian khusus yg spesifik, memasak. tapi dia juga seorang physical trainer, punya managerial skill yang bagus...dan selama show KN ini dia menunjukkan bahwa dia juga bisa jadi pendengar yang baik, bahkan di beberapa episode dia bisa semacam jadi konsultan perkawinan (dimana biasanya restoran yg dia tanganin milik sepasang suami istri yg diunjung kebangkrutan/pisah). dan dia juga seorang motivator yang oke.

suka caranya identifikasi masalah, to the point, gak bertele-tele, logis, dan (hampir) selalu bisa nembus macem2 tembok yang jadi penghalang solusi. bisa nembus chef yang keras kepala, chef yang delusional, chef yang gak pede, atau juga manager yang tempramen, didn't know how to manage and run the restaurant.

satu hal yang menarik, let's assume that ramsay is a pro (yes of course), gw perhatiin bahwa dia selalu 'back to basic'. ada beberapa kasus, restoran yg dia tanganin chefnya punya signature dish yg rumit, tapi ketika bikin sesuatu yg simpel kayak adonan pizza aja salah, dia akan maksa ngerombak menu ke makanan yg efektif, efisien, low cost dan enak. dan gw perhatiin, dia selalu pesen makanan 'basic', seperti mac n cheese, atau kalau restoran spesifik negara/daerah tertentu dia akan pesen makanan 'basic', khas dan 'root' makanan dari daerah itu...misal resto italia, dia pesen ravioli, spaghetti, atau meatball, dan dia bisa langsung cek restoran itu beres apa ngga dari sampel makanannya. dia sering melakukan blink-judgement dari sebuah makanan, dan selalu tepat sasaran.

dari sini bisa diliat, kalo lo mau improve sesuatu, lo harus selalu cek dasarnya, basicnya, pondasinya...and it is a back and forth process. ketika dia menemukan chef yg masak makanan simpel aja gabisa, dia gak ragu untuk merombak pondasinya.

ini kalo di marching percussion mirip lo ngecek legato, ngecek single stroke dan double stroke aja dulu. have a glimpse of that, baru lo judge itu bener apa ngga? kalo ngga bener, baru dicari letak masalahnya dimana. di jari? jam terbang? jam review? atau apa? baru lo bisa kasih solusi yang tepat sasaran, dan habis itu lo bisa membuat improvement.

kejelian seorang ahli dalam melihat masalah (sayangnya) harus dibarengi dengan jam terbang. jam terbang ngeberesin masalah, jam terbang ketemu macem2 tipe masalah. menentukan KEMANA lo harus melihat masalah juga bukan hal yang gampang. karena kalo lo salah liat dimana masalahnya, (minjem istilah ramsay) lo akan seperti 'busy idiot'. kerja keras, tapi di tempat yang salah. lo menghabiskan banyak jam di sesuatu yang tidak seharusnya diperbaiki, atau sesuatu yang seharusnya bukan yang pertama diperbaiki. lo akan membuang energi lo, membuang waktu (biaya juga), masalah gak kelar, dan lo akan merasa frustasi. kombinasi yang cocok untuk bikin orang yang gak punya determinasi tinggi untuk langsung menyerah.

dan satu hal yang penting lagi...lo harus bisa objektif terhadap diri lo sendiri dan open minded. kenapa? karena ini proses dan selalu back and forth, lo harus selalu ngecek ulang apa yang lo lakukan bener apa ngga?

satu hal lagi, cari feedback dari pelanggan lo. dalam hal KN, feedback dari pelanggan itu utama. gabisa dengan attitude, like my food or not, if you don't like it get the hell outta here. nah feedback ini bisa jadi hal tricky sih, kadang lo harus pinter nentuin kapan harus buka kuping dan tutup kuping.

gw bukan orang yang percaya kalimat "jangan dengerin dari siapa tapi perhatikan isi pesannya". gatau sih, buat gw that's not the way it work. gw sih gamau buang tenaga dengerin seorang pencuri ceramah tentang kejujuran.

as a leader/menager lo harus bisa melakukan 'helicopter view', ini yang gw dapet dr KN dan liat cara ramsay nanganin masalah dan kerja. at some point you have to really take a look on the big picture of something and identify what is really the core problem/s. and you always have to willing to be the 'glue' for your team so it won't fell apart...

trus sekarang jadi laper


No comments:

Post a Comment