04 January 2011

Kaleidoskop Budi "part 3 - Back To The Basic?"


Lalu tahun 2010 kemarin, mungkin yang satu ini agak panjang dari sebelumnya. Karena entah kenapa, justru di tahun ini gw merasa mendapatkan begitu banyak pencerahan di MBUI. Walaupun awalnya sempat merasa sedikit terseok-seok.

2010 – “Siluet 56”
Tahun ketujuh. Tahun ini gw awali dengan perasaan apa ya? Apa namanya? Galau? Yup, tahun ini kalau buat gw pribadi, di awali dengan sedikit ‘ketidakpastian’, sempet agak ragu2 untuk ikut lagi sebagai tim pelatih. Dan jujur, sempet keilangan passion untuk kembali terlibat di MBUI. Entah karena apa, mungkin karena peringkat tahun kemarin yang jatuh. Ataukah mungkin karena tahun sebelumnya yang begitu menguras tenaga dan pikiran. Entah. Mudah2an bukan karena peringkat, karena kalau iya, berarti begitu cetek sekali loyalitas saya kepada unit ini.


Tamparan yang paling mengena justru ada di awal proyek ini. Sebelumnya gw nulis ini, buat yang baca, sama sekali no hard feeling, sama sekali no offense, justru saat ini kalo gw inget lagi dan pikirkan lagi, gw sangat berterima kasih karena udah ‘ditampar’ seperti itu. Pelajaran yang sangat berharga buat gw. Banget. Apa yang gw maksud dengan ‘tamparan’ ini? Karena tahun ini gw ‘hanya’ mejadi pelatih battery dan ‘hanya’ mengaransemen 1 lagu. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tentu bisa dibilang ada ‘penurunan’. Gw merasa kehilangan kepercayaan, gw sudah tidak dipercaya lagi, dan jujur, kepercayaan diri gw untuk melatih menjadi menurun. Apakah memang sebenarnya gw tidak capable untuk posisi pelatih? Pertanyaan itu muncul terus. Awalnya ada sedikit kemarahan menanggapi keadaan ini. Namun untungnya bisa berganti menjadi pertanyaan. Yah, pertanyaan yang tadi gw sebutkan. Apakah memang selama ini ternyata masih banyak kekurangan di pekerjaan gw? Sepertinya emang udah saatnya gw mengevaluasi diri sendiri.

Dari sini gw belajar bahwa, tamparan lebih mengena ketika gw merasa ga dipercaya lagi oleh lingkungan gw, bukan karena peringkat yang turun. Bersyukurlah gw mendapat teguran seperti ini.

Dan gw menjalani awal proyek sampai tengah tahun, dengan sedikit meraba-raba, dan sedikit kebingungan. “duh gw harus gimana yah supaya kerjaan gw bener?”, “apa yang harus gw tanamkan dan ajarkan ke anak2 ya supaya proses dan hasilnya bagus?”, yang pertanyaan dengan tema “What should i do?” banyak muncul. Semakin banyak muncul pertanyaan itu, semakin sadar bahwa ilmu gw masih sangatlah kurang. Baik itu dari segi teknis maupun non-teknis. Dan tahun ini, gw ga terlalu banyak berharap, dan gak terlalu masang target yang tinggi, untuk perkusi tentunya. Harapan dan keinginan gw cuma gw pengen kerja gw lebih maksimal dibanding tahun2 sebelumnya, dan ilmu2 yang gw sampaikan akan bisa jauh lebih berguna buat anak2 gw. Gw jauh lebih mentingin input buat anak2 daripada buat gw pribadi.

Kalo gw punya ilmu, tapi cuma buat sendiri, sejago apapun, rasanya kaya buah duren monthong yang udah mateng banget, enak, tapi disimpen dalem lemari kaca yang tertutup. Ga bisa di apa2in, cuma diliatin dan ditunggu sampe busuk. Bahkan setelah busuk, bijinyapun ga bisa ditanem karena lemari kaca itu bener2 tertutup rapet selamanya. Dengan kata lain, ga ada gunanya ilmu gw itu semua!

Your knowledge is real when you share it with someone!

Dengan semua ketidakpastian ini, akhirnya secara ga sengaja (bawah sadar), gw memposisikan diri gw terus sebagai gelas kosong. Sebagai spons kering lebih tepatnya. Gw ga tau apa2, buta, dan siap untuk diisi dan menyerap berbagai macam informasi sekecil apapun, dari siapapun, walaupun tampaknya hal remeh dan (mungkin) sebenernya sesuatu yang udah gw tau. Kalo di tahun 2008 & 2009, gelasnya penuh terus, jadi di tuang apapun akan tetep luber, kalaupun ada yang masuk, ya campur aduk ga karuan.

Dimulai di jogja, JMD. Di tengah kesemrawutan masalah lain di luar MB. Gw anggep ke JMD sebagai liburan. Expect nothing, just enjoy the ride. Gw cuma inget, “wah akan ketemu banyak temen baru dari MB lain!”. Dan bener, gw mendapat banyak hal dari perjalanan ke jogja itu. Oke, memang bukan hal baru, tapi hal lama yang selama ini mungkin luput. Dan entah kenapa banyak banget insight yang bisa gw dapet ketika gw ga berpikir macem2, just do it, and enjoy it.

Walaupun sepulang dari jogja, gw akuin, masi sangat banyak banget kekurangan gw dalam melatih. Sempet turun naik, kurang stabil. Namun gw merasa, banyak banget input yang gw dapet, dari orang2 di sekitar gw. Baik itu dari para pemain, pengurus, pelatih dan PM yang lain, maupun alumni. Beruntung banget gw bisa terlibat sama mereka semua.

Dan pada akhirnya, alhamdulillah di final GPMB, MBUI dan perkusi bisa meraih tempat teratas. Walaupun jujur, sampe sekarang, gw masih gak percaya, karena untuk ada di peringkat teratas, sama sekali ga pernah terbersit di pikiran gw selama setahun ini. Beberapa kali pernah ada yang bilang ke gw, wah perkusi bisa juara nih, MBUI juga bisa juara nih. Tapi entah kenapa, gw ga tenang ketika mendengar itu. Karena gw tau, apa yang selama ini gw kerjain, sangat jauh dari maksimal. Ketika denger semua pujian itu, gw cuma bisa bilang, “ah gw ga berani mikirin itu peringkat, yang penting anak2nya dan gw kerja yang bener dulu!”. Dan sampa sekarangpun, masih amaze banget liat nilai perkusi di final, content 89 dan achievement 90! Gila, itu tinggi banget! Jauh di atas perkiraan gw, yang bahkan paling tinggi tahun ini harapan gw, MBUI dan perkusi bisa ada di 3 besar aja, udah alhamdulillah banget. Kadang kalo berusaha percaya sama nilai itu, gw cuma bersyukur banget, tahun ini punya kesempatan kerjasama sama anak2 yang pinter2, dan berbakat. Berkat kerja keras mereka, mereka bisa nikmatin bonusnya di akhir. Dan yang paling bikin gw seneng sebenernya justru beberapa dari anak perkusi bilang ke gw, gw belum terlalu puas ma hasilnya, karena main gw masih ada yang salah. Alhamdulillah.

Dari proyek ini, entah, banyak banget pelajarannya. Tapi buat gw pribadi ada 2 hal (paling ngga) yang jadi top of mind gw :
  • ·         ketika gw bisa ‘mengosongkan’ diri dan pikiran gw, mata dan telinga gw bisa jauh lebih terbuka, terbuka akan input dari lingkungan gw. Dari siapapun itu, besar maupun kecil. Dan hasilnya jauh lebih memuaskan dibanding peringkat berapapun. “Gelas Kosong” bener2 jadi Word Of The Year buat gw banget di 2010 ini! Yup, dengan menjatuhkan penilaian kepada sesuatu terlalu cepat, terlalu cepat men-judge, gw ga akan pernah bisa mendapatkan input yang berguna. Dengan Judging yang terlalu dini, sebenarnya kita secara ga sadar membuat pagar pembatas antara diri kita dan ilmu yang bisa kita serap dari lingkungan kita.
  • ·         Dan kata2 ‘standar’ “Do the best, let God do the rest!” itu sangat paham artinya di tahun ini. Gw sama sekali ga mikirin peringkat, dan jujur sampe mau GPMB, gw masi ga berani, bahkan malam setelah tau semifinal MBUI ada di peringkat pertama, gw ga mau seneng dulu. Karena gw sadar, dalam kompetisi ini, bukan kita atau unit kita yang nentuin siapa yang menjadi pemenang. Semuanya benar2 terserah “Yang Di Atas” dan “yang di atas” (oke tahun ini ada juri yang di lapangan juga, di bawah, LOL). Dan gw sama sekali ga berhak, menjudge band mana yang lebih baik. Karena gw ga tau apa aja proses yang udah mereka laluin, seberapa beratnya. Mungkin gw bisa tau dari mendengar dan melihat, tapi gw ga bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Kita semua yang ikut GPMB, semua belajar. Dan bukan hak seorang ‘pelajar’ untuk menilai satu sama lain. Semua unit punya masalah sendiri2, dan sebagai sesama pekerja seni di dunia MB, gw wajib menghargai unit lain dan jerih payahnya. Semua orang pada dasarnya butuh di apresiasi.

Ada beberapa hal yang akan sangat gw inget banget di proyek ini, yang pertama perjalanan ke Jogja (JMD), lalu perbincangan kecil bareng nimon dan nangke pas TC di Cilangkap. Disitu gw masi inget banget, nimon bilang, bahwa esensi sebenernya dari MB itu pendidikan dan penggalian potensi diri dan tim. Gw ga akan pernah lupain perbincangan itu. Kalo itu si Nimon nge tweet kata2 itu, gw retweet ber ulang2 deh! Haha... yup, ternyata butuh waktu dan proses yang ga sebentar buat gw, untuk memahami apa sih yang selama ini gw lakuin di MBUI dan untuk apa gw ngelakuin itu semua. Tapi bukan berarti sekarang gw paham sepenuhnya, belum! Masih jauh! Gw memang mendapat semacam ‘pencerahan’ di proyek ini, tapi ternyata itu baru awalnya aja. Dan awalan ini yang bikin gw semakin merasa ‘bodoh’ dan ‘kecil’ di dunia yang gw cintai ini. Dan yang terakhir, beberapa kata2 dari pemberi materi dan pelatih (status FB, maupun omongan langsung) yang intinya, semakin banyak tau, justru semakin ngerasa ga ngerti apa2, semakin ngerasa kurang.

Buat gw pribadi, gw bersyukur banget MBUI bisa peringkat 1, bonus untuk anak2, dan yang pasti orang tua mereka pasti ikut bangga, anak2nya juara 1 tingkat nasional. Alhamdulillah. Tapi buat gw pribadi, gw merasa, gw hanya menang di atas kertas aja, di hati gw, gw belum menjadi pemenang, yang menang MBUI, bukan gw. Karena selama perjalanan, masih banyak kekurangan, miss-koordinasi, miss-komunikasi, ketidakprofessionalan yang gw lakukan, dan banyak lagi.

Hingga detik ini, ada beberapa orang yang mau gw sampaikan terima kasih yang sangat besar antara lain para ‘mentor’ dan partner gw, Nimon, Mba Har, bang Marko, Dittot, Mas Sopuan, Anjar, Dedi, Priska, Su, Mas Andreas, Mas Ridwan, Lia Keket, Donce, Febi snare, Abang, Pugar, dll.

Dan partner2 dari ‘angkatan’ gw, Nangke, Adhit, Madut, Dita, Aldo, Putu, Anton, Yvonne, Aya, Erwin, dll.

Terakhir, doa gw di awal tahun ini, untuk gw pribadi, back to basic, mudah2an gw ga jadi orang yang sombong lagi yang tertutup mata dan telinganya. Dan buat MBUI, mudah2an MBUI memang layak juara, bukan dari peringkatnya, tapi dari attitudenya dan spiritnya. Dan mudah2an MBUI tetap selalu rendah hati dan menghargai orang lain, tidak dibutakan dengan prestasi yang baru diraih. Amin.

“The truth is we’re not better than anyone else. We just think we are”
-Fidella Anandhita, somewhere on the internet.

No comments:

Post a Comment