09 May 2012

Percussion Clinic (Indonesia Ekspresi)

Sabtu kemarin 3 Mei 2012, gw sama Wahyu ikutan klinik perkusi yang di adain Garuda. Pematerinya ada 2 orang, 22nya dari Thailand, yang satu juri Field Percussion GPMB 2011, Junt Minalai, dan yang kedua namanya Pongsakorn (gak tau nama lengkapnya). Si Junt ini backgroundnya banyak banget, dari orkestra sampe drum corps, dia juga ngajar beberapa band di Thai, Jepang (kalo gak salah). Dan si Pongsakorn dia ini kayaknya masi aktif sebagai player juga, begitu liat mukanya di Hall Basket gw kaget, mukanya sangat familiar. ternyata di itu salah satu center snare dari Bangkok Society Drumline (juara 1 drumbattle TIMBC 2011), dan dia adalah pemain snare dari Madison Scout tahun 2009. Jadi BKK Drumline ini 2 center snarenya mantan pemain Scout, dan berarti kalo mereka ikut drumbattle lagi tahun ini, kemungkinan besar UI bisa dapet kehormatan berhadapan sama BKK di drumbattle. Wow, ngebayanginnya antara takjub, ngeri (jujur aja), dan excited bgt, kapan lagi coba bisa dapet kesempatan berhadapan langsung sama mantan pemain DCI? mantep! :D

Anyway, agak sedih sebenernya ngeliat Percussion Clinic kmrn, karena ternyata pesertanya sangat sedikit. dan kebanyakan yang ikutan adalah player. di antara peserta gw cuma ngeliat 3 orang yg gw tau pernah/masih jadi pelatih di MB (termasuk gw), dan kedua temen gw ini bisa dibilang mungkin belum pernah melatih di band yang terbilang besar di sini. Oh iya, ada sih om Nimon, tapi dia bukan peserta clinic, dia jadi translator. Yg bikin lebih sedih adalah, ada beberapa temen2 pelatih perkusi lain (yang punya nama tenar dan ngajar di band2 yg udah terkenal) yang cuma duduk ngeliatin di pinggir lapangan.

Ini negatif2nya gw aja sih, gw ngeliat mreka cuma duduk2 di pinggir lapangan, padahal mereka daftar juga, padahal mereka peserta juga. Gw ngga ngeliat excitement di wajah mreka. wajah mreka berkata "gw udah tau, gw ngga perlu ikut". emang yang dijadiin materi clinic bener2 hal yang sangat basic. bahkan grip, cara lo megang stick. dan beberapa basic warmup, 8 on a hand (8816), Accent Tap (marcatto stroke), double beat (diddle)...oh iya dan postur (set position). Sedih ngeliat selama berlangsungnya clinic, beberapa malah asik mainan HP, ngobrol2 gak jelas. Dan yang lebih sedih lagi, ketika disediain alat dr panitia, alat pilihan pertama yg banyak dipilih adalah snare drum. kedua tenor. Bass? gak ada yg milih. Dari 6 bass, sama sekali gak ada yg nyentuh, bahkan gak ada yg keliatan mau nyoba. It's all about snare drum and tenor! :(

gak kebayang kalo cymbal ikut dimasukin...pasti banget gak ada yg mau nyentuh...begitu mengenaskan yah perkusi di Indonesia pola pikirnya :(

alat pertama yg gw pilih bukan snare, tapi tenor. krn gw mikir biar wahyu aja yg di snare, gw di tenor, biar dapet feedback buat 2 alat itu dulu. tp akhirnya karena banyak yg gak dapet alat, gw diminta sama panitia untuk pakai alat sendiri. Jadilah gw main snare. semua materi yang dikasih emang bener gw udah tau, intinya yang mereka bilang semua itu adalah tentang "how to bring out the best sound possible from our drums". Bukannya gw sombong, tapi beruntung, gw makin sadar, secara teknis, MBUI berada di jalur yg benar untuk perkusi. Nimon bener2 punya pengetahuan yg bener tentang perkusi, dan dia bisa menyampaikan ke gw dan anak2 dengan baik. tugas gw tinggal meneruskan dan bikin semua itu konsisten. kalo mau diringkas kira2 ini hal2 yang paling penting :
  1. Rebound. gak ada yg namanya mukul itu battery percussion. semua prinsip pukulan bener2 memanfaatkan pantulan dari head battery. prinsip aksi reaksi. manfaatin gravitasi. manfaatkan pantulan yang diberikan membran ketika kita menjatuhkan ujung stick. Pong dan Junt bilang "there's no right or wrong to hit the drum", yang ada mana yg lebih efektif? lo bisa main dengan attitude 'show-the-drum-who's-the-boss' yang hampir bisa dipastikan menghasilkan suara yg berisik dan gak nyaman di telinga. atau dengan attitude 'the-power-of-two-is-greater-than-one', lo 'bekerjasama' sama drum+stick lo memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk membuat drum lo 'berbicara', bukan teriak2. kalo bisa manfaatin ini, suara yg keluar akan maksimal, range suara jauh, artikulasi (di dinamik apapun) jelas, bisa bermain dengan volume keras tetapi tetap berkesan lembut dan bersahabat untuk gendang telinga.
  2. Postur. semua postur haruslah natural. jangan menyalahi atau merubah-rubah postur yg udah dikasi ke kita. tulang belakang harus lurus, untuk menjaga supaya distribusi beban tetap merata, pernafasan lancar, sekaligus terlihat gagah. gak ada tuh snare drum yg namanya tangan kanan dibikin kaku sikunya diangkat tinggi ke samping, yg ada tangan lo tegang, kalo tangan tegang, genggam stick akan keras. kalo genggam stick terlalu kuat, stick gak akan bisa ber-vibrasi di telapak tangan. kalo gak bisa bervibrasi, stick sulit untuk mantul, kalo sulit mantul suara yg keluar akan jelek dan hanya terkesan berisik.
  3. Silent moment. sadar gak sadar, musik terbentuk dari bunyi dan saat-saat dimana tidak ada suara. Tanda istirahat itu sama pentingnya sama not. sering kita hanya fokus ke not yg harus dimainkan, tetapi kurang menghargai rest. Kalo denger Toccata & Fugue, semua orang pasti familiar sama motif dasar dari lagu itu. coba perhatiin, di motif2 awal lagu, jeda antar pola lah yang bikin kita terngiang-ngiang terus sama motif dan pola itu. bayangin kalo Bach bikin motif di awal tanda restnya gak tepat (kepanjangan atau kependekan) pasti gak akan semerinding itu dengernya. Sama seperti orator handal...musisi/composer yang baik dan dewasa mampu menentukan dengan baik kapan dia harus berbicara dan kapan dia harus diam lewat musiknya. berbicara lebih banyak belum tentu membuat lo jadi lebih baik kan?
  4. Interpretasi. menurut gw, inilah hal tersulit yang harus dilakukan seorang instruktur di sebuah MB : menyeragamkan interpretasi terhadap apa saja yang harus dilakuin setiap anggota, dan bagaimana melakukannya, pendekatan apa yang harus dilakukan. sering sebuah roll passage di musik terdengar kotor, semata-mata bukan karena mereka belum bisa memainkan dengan baik, tetapi lebih sering (terutama di MBUI) karena berbeda interpretasi bagaimana seharusnya roll itu berbunyi dan otot mana yang harus digunakan.
  5. Ritmik. banyak perkusionis di Indonesia lebih mementingkan skill, rudiment2 sulit, bahkan hybrid rudiment yang kadang diluar akal sehat. tetapi melupakan skill dasar yang amat sangat dibutuhkan seseorang untuk menjadi perkusionis, kemampuan/pemahaman ritmik. Junt dan Pong sangat menekankan pemahaman dasar 3 not dasar, 1/4, 1/8, dan 1/16. ya, secara teori kita tahu harus bagaimana. pertanyaannya, apakah otot2 kita tahu? dan apakah secara micro time kita sudah bisa memainkan dengan benar? dimana letak upbeat? dimana letak 'e' dalam '1-i-N-e, 2-i-N-e'? Bukan meremehkan, tapi gw jadi inget pas latber jadi instruktur, pas kita para instruktur latihan materi bareng (latihan pemanasan Triplet Partial dari Blue Devils), banyak di antara instruktur tidak mengerti tempo. Mereka hanya mengerti 'bunyinya seperti ini' (mungkin belajarnya dari not bacot), padahal tempo tap-off (aba2 untuk mulai) berbeda dengan tempo ketika mereka bermain, dan mereka gak sadar itu.
Sebenernya masih banyak hal2 lain sih. Tapi kira2 5 hal itu cukup untuk mewakilkan semua.

Di akhir klinik, Junt cerita bahwa dia dan Pong sempat memikirkan materi apa saja yang akan disampaikan. ada 2 materi pilihan yg akan mereka bawakan, yaitu rebound & sound, dan hybrid rudiments (flam dkk). dan gw bersyukur materi yang dibawakan adalah yang pertama, tentang rebound & sound, which is amat sangat basic. Junt cerita alasannya apa, karena ketika dia jadi juri field percussion, dia bilang hampir semua band di Indonesia salah kaprah sangat parah tentang bagaimana cara memukul! bayangin, CARA MUKUL?!! gila, gak habis pikir gw...pemain battery (the drum batter), don't know how to 'batt' their drums?! tapi bener juga sih...coba liat band2 Indonesia, hampir semua batterynya bising, bikin pusing, berisik, apalagi kalo rim shot...pecah tuh gendang telinga!!!

Gw pernah ikut beberapa klinik perkusi yg pematerinya dari DCI, dari mulai Scott Johnson - 2004 (Blue Devils), James Ancona - 2007 (Santa Clara Vanguard, Cavaliers), Peter Vulperhorts - 2010, Omar Carmenates - 2010 (Boston Crusaders), sampe Pongsakorn dan Junt - 2012 (Player Madison Scout). Dan sedihnya, banyak yang gak terlalu anggep serius mereka2 ini (pemateri) yg udah pakar. Semuanya sama, Rebound. gak ada yg ngajarin 'show-the-drum-who's-the-boss'! dan banyak temen2 gw instruktur battery yg lain, merasa sudah tau, merasa gak perlu lagi ikutan. Junt sempet nyindir band2 indonesia, "kita semua suka Blue Devils, tapi bukan berarti ketika kalian ngelakuin body movement flashy kaya Blue Devils atau WGI bikin kalian jadi Blue Devils!". Shit, bener! Kita peduli sound production kalian. Visual sticking, body movement, itu added bonus, kalo kalian bisa lakuin dengan sound tetap terjaga.

Hmmm, kalo katanya Nimon kebanyakan orang Indonesia cuma ngeliat bentuk jadinya aja di utube. ngeliat band2 DCI dengan visual2 yg keren2, main susah, cuma bentuk jadinya aja. prosesnya?

sayang banget yah...padahal katanya pas coaching clinic guard penuh peminatnya, dari pelatih senior sampe player pada ikutan. kok perkusi gitu yah? hmmm...

anyway, ada sedikit hal yg bikin gw senyum, sekaligus malu, pas lagi liat2 profile Junt dan Pong, ada 1 foto, dimana mreka berdua di puji2, dan Junt dengan rendah hati menjawab :

I still need to learn more still not good enough to think i'm good ^^

ngomong2 soal rebound dalam marching percussion, gw inget quotenya Murray Gusseck :

"Drumming without a rebound is like ice-skating on a concrete...with an ice rink ten feet away..."

words.

No comments:

Post a Comment